Tentang Relawan

Tak banyak yang tahu, sosok Adhan Chaniago atau secara formal dikenal sebagai Ramadhan Fitria adalah putra asli Kabupaten Sijunjung yang kini menjadi inspirasi banyak orang. Ia lahir di Nagari Muaro, Kecamatan Sijunjung, dari keluarga sederhana yang jauh dari gemerlap teknologi dan fasilitas modern.

 

Adhan adalah anak bungsu dari tujuh bersaudara, tumbuh besar di tengah keluarga buruh tani yang kesehariannya penuh kerja keras. Masa kecilnya akrab dengan sawah, ladang, dan keringat orang tua yang menjadi saksi bisu perjuangan hidup mereka.

 

Meski lahir dari lingkungan yang serba terbatas, semangat belajar Adhan tak pernah padam. Perjalanan pendidikannya dimulai dari TK Pertiwi Muaro Gambok, kemudian SDN 13 Muaro Gambok, MTsN Sijunjung, dan dilanjutkan ke MAN Palangki. Cita-citanya terus menggelora hingga ia menamatkan pendidikan S-1 Pendidikan Biologi di Universitas Mahaputra Muhammad Yamin Solok. Tak berhenti di situ, ia melanjutkan S-2 Manajemen Pendidikan Islam di IAIN Batusangkar (kini UIN Mahmud Yunus Batusangkar), kemudian memperdalam keilmuannya dengan S-1 Ilmu Hukum di Universitas Islam Balitar, S-1 Manajemen Pendidikan Islam di STIT Pringsewu Lampung, dan S-1 Manajemen di STIE ABI Surabaya. Saat ini, ia sedang menempuh pendidikan S-3 Ilmu Studi Islam di UIN Mahmud Yunus Batusangkar.

 

Menariknya, Adhan bukanlah sosok yang sejak awal gemar membaca atau menulis. Justru, ia mengaku dulu membaca adalah aktivitas yang paling dihindarinya. Namun semua berubah di tahun 2012, ketika ia mulai belajar membuat blog. Demi mengisi konten di blog tersebut, ia “terpaksa” mulai menulis. Siapa sangka, kebiasaan yang awalnya terpaksa itu justru menjadi hobi baru yang mengubah jalan hidupnya.

 

Bermodal semangat, Adhan memberanikan diri menulis buku perdananya. Namun tantangan besar menghadang biaya penerbitan yang kala itu mencapai jutaan rupiah terasa mustahil dijangkau dengan gaji honorer yang hanya Rp250 ribu per bulan, belum lagi biaya kuliah yang harus ia tanggung. Alih-alih menyerah, ia memilih untuk mencari cara. Bertanya ke sana kemari, belajar dari internet, dan mencoba peruntungan meski banyak orang tak menanggapi pertanyaannya.

 

Berbekal semangat pantang menyerah, Adhan akhirnya mendirikan penerbitan buku sendiri. Prosesnya tak mudah. Ia harus belajar menjadi editor, layouter, proofreader, sekaligus desainer dengan kemampuan yang serba minim. Trial and error menjadi teman sehari-hari. Berkat jaringan yang ia bangun saat aktif di Ikatan Guru Indonesia (IGI), perlahan penerbitannya mulai dikenal dan diminati banyak pihak.

 

Tak hanya berhenti pada penerbitan, Adhan mengembangkan usahanya ke layanan lain seperti HKI, percetakan, hingga mendirikan Perpustakaan Khusus Penerbit. Ia juga membangun Rumah Baca Cendekia Muslim sebagai wadah literasi masyarakat.

 

Menyadari keterbatasan pengetahuan tentang dunia perpustakaan, ia tak segan ikut berbagai kursus online baik gratis maupun berbayar. Usahanya berbuah manis. Pada tahun 2020, ia lulus sebagai peserta Pelatihan Asesor Akreditasi Perpustakaan dari Perpustakaan Nasional RI. Sejak saat itu, kecintaannya terhadap dunia literasi semakin mendalam.

 

Adhan dikenal sebagai sosok yang haus ilmu. Baginya, belajar bukan karena rasa ingin tahu semata, tapi sebagai bekal untuk menjawab berbagai kebutuhan masyarakat. Prinsip ini membawanya meraih berbagai penghargaan bergengsi, seperti Garda Transfumi Terbaik Wilayah dari KemenkopUKM, LP3H Terbaik dari BPJPH Kemenag RI, Penerbit Terbaik Tahun 2023 dan 2024, Finalis ABBI (Anugerah Bangga Buatan Indonesia) 2022, dan sejumlah apresiasi lainnya.

 

Tahun 2025 menjadi momentum penting dalam perjalanan literasinya. Perpusnas RI membuka seleksi Relawan Literasi Masyarakat (RELIMA), dan Adhan memberanikan diri ikut serta. Alhamdulillah, melalui proses seleksi yang ketat, namanya tercantum dalam SK Kepala Perpusnas RI Nomor 138 Tahun 2025 sebagai Relawan Literasi Masyarakat (RELIMA) untuk Kabupaten Sijunjung.

 

Kini, sebagai RELIMA, Adhan siap membawa semangat literasi ke kampung halamannya menyalakan obor pengetahuan di tengah masyarakat, agar tak ada lagi generasi muda yang kehilangan akses pada ilmu seperti dirinya dulu.